Tata Niaga Pangan Kurang Efektif
SOREANG, (PR LM).- Harga pangan dan bahan pokok menjelang Bulan Ramadan tahun ini mengalami lonjakan sebulan sebelumnya. Hal ini menandakan tata niaga pangan dan sistem proteksi konsumen pemerintah kurang efektif. Untuk itu, pemerintah harus menindak tegas para pedagang yang melakukan spekulasi harga dan penimbunan barang-barang kebutuhan pokok.
Hal itu dikatakan Anggota Komisi IV DPR RI Ma’mur Hasanuddin. dalam pernyataannya ke "PRLM", Selasa (17/7). “Kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok seringkali terjadi setiap tahun menjelang bulan suci Ramadan, namun tahun ini ironisnya kenaikan terjadi hampir sebulan sebelum Ramadhan. Fenomena ini menandakan spekulan telah memanfaatkan psikologi konsumen yang diakibatkan rapuhnya tata niaga pangan Pemerintah selama ini," katanya.
Harga sejumlah bahan pangan pokok (sembako) mulai merambat naik, berkisar 5%-20%. Berdasarkan pantauan di tingkat eceran dan pasar tradisional, beberapa komoditas sembako seperti gula pasir, minyak goreng, daging ayam, dan telur ayam, naik dengan persentase bervariasi. Namun ironi diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang menegaskan stok bahan kebutuhan pokok selama bulan puasa hingga Lebaran mencukupi. "Pemerintah hanya mengimbau masyarakat tidak perlu panik dengan kelangkaan. Kenaikan harga yang terjadi di pasar lebih disebabkan karena lonjakan permintaan dan gangguan distribusi.," katanya.
Menurut Ma'mur, kenaikan harga di tingkat pedagang terjadi akibat efek berantai spekulasi harga yang dilakukan oleh agen dan distributor, "Pemerintah harus bertindak cepat menuntaskan masalah ini. Karena ketersediaan pangan saja tidak cukup, ketika konsumen tidak mampu menjangkau,” ujarnya.(A-71/A-147)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar